Label

2 Jan 2013

Cerpen Realisme


BINATANG PELIHARAAN


Hari Minggu cuaca cerah sekali. Dinda bersama keluarganya memanfaatkan hari libur dengan bertamasya ke kebun binatang. Di sana Dinda melihat bermacam-macam binatang,  seperti kera, harimau, gajah, dan singa. Ketika melihat petugas sedang memberi makan seekor burung, Dinda pun mendekatinya. “Bunda, burung itu apa namanya?”

Bunda tersenyum dan menjawab. “Itu namanya burung cenderawasih, Sayang.”
“Bunda, Ayah. Boleh tidak Dinda ikut memberi makan burung cen..cender..apa tadi namanya, Bunda?”
“Burung cenderawasih, Sayang.” jawab bunda dengan tersenyum bersama ayah.
Dinda pun diperbolehkan memberi makan burung cerderawasih setelah meminta izin pada petugas. Dengan sedikit takut, Dinda meletakkan makanan itu tak jauh dari kaki burung cenderawasih yang berada di dalam kandang. Beberapa saat kemudian, burung itu segera memakan makanan yang di beri oleh petugas bersama Dinda tadi. “Wow, burung ini pintar ya, Pak?”
“Tentu. Mereka sudah terbiasa dan itu merupakan instinknya untuk makan.” sahut petugas kepada Dinda dengan tersenyum salut atas keberanian Dinda ikut memberi makan burung cenderawasih. Dinda pun terlihat gembira.
“Sepertinya menyenangkan mempunyai binatang peliharaan di rumah” kata Dinda dalam hati ketika hendak pulang. Dinda pun berniat memelihara binatang di rumah. “Ayah, Bunda. Dinda ingin sekali memelihara binatang di rumah, boleh tidak?” sambil menatap keduanya dengan memohon.
“Boleh. Memangnya Dinda ingin memelihara binatang apa?” tanya bunda.
Dinda terlihat bingung, kemudian nenek mengusulkan memelihara kucing saja, agar tidak repot merawatnya. Dengan wajah ceria Dinda menerima usul nenek.
“Tapi Dinda harus janji merawat, menjaga, dan menyayangi kucing ini dengan baik, ya!” kata kakek pada Dinda.
“Tentu, Kek.” ucap Dinda pada kakek.
Dinda memilih kucing yang bulunya berwarna kecoklatan namun memiliki corak yang bagus pada bulunya. Bulu kucing itu terasa lembut dan terlihat bersih. Kucing itu diletakkan di samping rumah. Setiap sore di lepaskan dari kandang agar menghafalkan rumah barunya. Sepertinya kucing Dinda menyukai rumah barunya.  Ciko, nama yang diberikan Dinda untuk kucingnya. Hampir setiap hari Dinda bermain-main dengan Ciko.
Beberapa minggu kemudian, Ciko tumbuh semakin besar karena Dinda rajin memberi makan dan merawatnya dengan baik. Dinda senang sekali Ciko sehat dan gemuk. “Dinda, ini Paman bawakan kucing betina. Supaya kucing Dinda mempunyai anak dan bertambah banyak.” jelas paman kepada Dinda.
Dinda senang sekali, kucingnya akan semakin banyak. “Terimakasih, Paman. Dinda jadi tidak sabar melihat kucing ini mempunyai anak, pasti lucu-lucu.”
Suatu hari Dinda merasa kurang sehat setelah pulang sekolah. Kepalanya terasa berat, tenggorokannya sakit, dan badannya lemas. Dinda pun segera dibawa ke rumah sakit terdekat. “Dokter, anak saya sakit apa ya?” tanya bunda kepada dokter.
“Setelah diperiksa, kami menemukan bulu kucing tersangkut di dalam tenggorokannya. Ini sangat berbahaya. Meskipun hanya sebuah bulu, namun akibatnya akan seperti ini, bahkan meninggal apabila bulu itu sampai ke jantung. Dalam bulu tersebut terdapat virus dan bakteri yang berbahaya. Sebaiknya dilakukan operasi secepatnya sebelum bulu tersebut sampai ke jantungnya.”
“Ayah, kenapa bisa seperti ini?” bunda menangis tersedu-sedu di bahu ayah setelah mendengar keterangan dari dokter.
“Istighfar, Bunda. Mungkin karena Dinda sering bermain-main dengan kucingnya, tanpa disengaja bulu kucing itu ada yang terhirup ke hidungnya karena bulu itu sangat halus.” ayah mencoba menenangkan bunda yang terus menangis, meskipun sebenarnya ayah juga sangat sedih hal itu menimpa Dinda.
“Ayah, Bunda. Jangan menangis, Dinda pasti sembuh kok.” Dinda tersenyum pada ayah dan bunda dengan menahan rasa sakitnya.
“Iya, Sayang. Bunda dan Ayah tidak akan menangis lagi. Tapi Dinda harus sembuh ya, Nak.” ucap ayah sambil mengusap kening Dinda.
Operasi pun dilaksanakan. Ayah dan bunda tiada hentinya berdoa untuk kesembuhan anaknya, Dinda. Setelah beberapa jam, dokter keluar dari ruang operasi, “Bagaimana kondisi anak saya, Dokter?” tanya bunda.
“Alhamdulillah, ini mukjizat dari Allah swt. operasinya berjalan dengan lancar.” jelas dokter.
“Alhamdulillah, ya Allah. Terimakasih, Dok.”
“Sama-sama. Sudah menjadi tanggung jawab kami untuk menolong sesama.” kata dokter.
Beberapa hari kemudian, kondisi Dinda mulai membaik seusai operasi dan boleh kembali ke rumah. Ayah dan bunda memberi nasihat kepada Dinda agar tidak terlalu dekat atau tidak terlalu sering bermain dengan kucing. Tetapi bukan berarti tidak boleh memelihara kucing, hanya saja lebih berhati-hati terutama pada bulu kucing. Dinda pun mengerti dan melaksanakan nasihat ayah dan bunda. Namun, Dinda tidak lantas membenci kucing. Dinda tetap menyayangi dan memelihara kucingnya meskipun telah membuatnya sakit, bahkan hampir kehilangan nyawa.
Dinda tidak masuk sekolah hampir seminggu. Teman-teman serta wali kelasnya pun berniat menjenguk Dinda di rumah. Ibu Santi, selaku wali kelas Dinda dan teman-temannya mendoakan agar Dinda cepat sembuh. Dinda merasa terharu dan senang sekali. Ibu Santi dan teman-temannya mau repot-repot datang ke rumah untuk melihat keadaan Dinda.
Di sekolah, Dinda dikenal sebagai anak yang rajin, baik, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dinda merupakan siswa yang berprestasi, namun itu tidak membuatnya sombong. Sehingga teman-teman serta guru-guru menyayanginya, begitu pun sebaliknya. “Terimakasih, Bu. Juga teman-teman yang sudah repot-repot menjenguk Dinda di rumah.” ucap Dinda.
“Sama-sama, Dinda. Kami berharap semoga Dinda lekas sembuh dan kembali bersekolah seperti biasanya.” kata Risa, teman sekelas Dinda yang dekat dengannya.
Keesokan harinya, Dinda merasa sudah sehat dan kembali masuk sekolah agar tidak tertinggal pelajaran karena ujian kenaikan kelas semakin dekat. Teman-teman dan Ibu Santi menyambutnya dengan gembira. Untuk mengejar ketertinggalannya, Dinda pun meminjam catatan milik Risa, teman sebangkunya. Dengan senang hati, Risa meminjamkan catatannya untuk Dinda. Sore harinya, Risa datang ke rumah Dinda dan mereka bermain dengan kucing-kucing Dinda. Dinda merawat kucing-kucingnya dengan baik hingga mempunyai tiga anak yang lucu-lucu dan menggemaskan.

... End ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar