Label

3 Jan 2013

Esai Sastra


ESAI SASTRA
(NOVEL)



1.Judul Novel
“Ibu Kita Raminten”
2.Nama Pengarang dan Biografi
Novel Ibu Kita Raminten merupakan salah satu karya sastra Muhammad Ali. Nama lengkapnya Muhammad Ali Maricar, lahir di Surabaya tanggal 23 April 1927 dari keturanan India. Ia menulis sajak, cerpen, novel dan sandiwara. Pendidikanya adalah GHAS. Karyanya banyak dimuat dalam majalah-majalah Pujangga Baru. Sejak berusia 16 tahun sudah serius menulis puisi, cerpen, naskah drama, esai bahkan novel. Ia mulai terjun dalam bidang sastra pada tahun 1942. Diantara karyanya, 5 Tragedi (1954), Persetujuan dengan Iblis (1955), Dua Drama (1966), Buku Harian Seorang Penganggur (1976), Ibu Kita Raminten (1982), Sastra dan Manusia (1986). Sejumlah cerpennya diterjemahkan dalam bahasa Inggris, pernah menjadi dosen luar biasa di Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember dan biro Sastra DKS.
Mendapat Penghargaan Gubernur Jatim tahun 1999. Alamat keluarganya, Perumnas Manukan Surabaya. Sebuah cerita pendeknya ada dalam antologi Laut Biru Langit Bitu (1977) susunan Ajib Rosidi dan puisinya dalam antologi 25 Penyair Surabaya (1975). Pernah menjadi ketua Dewan Kesenian Surabaya (1976), dan sebelumnya menjabat Seksi Sastra Dewan Kesenian Surabaya. Pernah jadi redaktur Bakat, Mimbar Pemuda, dan Mingguan Pahlawan.
3.Latar Belakang Penciptaan Novel
Novel Ibu Kita Raminten yang diciptakan oleh Muhammad Ali Maricar mengungkap kisah kehidupan seorang ibu yang mau melakukan apapun demi kebaikan masa depan anak-anaknya. Dilihat dari judulnya saja “Ibu Kita Raminten” sudah tampak bahwa isi dari novel ini mengenai pribadi seorang ibu, yang bagaimanapun juga tidak dapat menghilangkan naluri keibuannya. Cinta kasih seorang ibu kepada anaknya yang paling bungsu, dibuktikan dengan pemberian maaf pada saat Stambul akan menjalani masa hukumannya.
4.Waktu Penciptaan Novel
Novel Ibu Kita Raminten karya Muhammad Ali Maricar diciptakan berdasarkan kehidupan nyata yang keras dalam masyarakat golongan bawah (kurang mampu). Novel ini dibuat pada tahun 1982. Kisah yang diangkat dalam novel ini seolah menggambarkan kemiskinan di Indonesia pada tahun delapan puluhan sangat memprihatinkan. Untuk mencurahkan realita tersebut, Muhammad Ali mencurahkannya dalam bentuk novel, yang bisa dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat, agar mengetahui kondisi yang ada dan lebih memperhatikan rakyat miskin (kurang mampu). Untuk bertahan hidup saja sangat sulit.
5.Sinopsis dari Novel Ibu Kita Raminten
Raminten hidup bersama suaminya, Markeso yang hanya menjadi pengamen. Kehidupan mereka pas-pasan dan tidak pernah berlebih, memaksa menyerahkan kedua belas bayi mereka pada orang-orang ingin mengasuhnya atau menjadi orang tua angkat. Namun mereka tetap ingin mengasuh anaknya sendiri dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka berusaha untuk mempunyai anak lagi. Setelah lahir, anak tersebut diberi nama Stambul. Kedua belas kakaknya tumbuh dalam didikan dan asuhan orang tua angkatnya masing-masing yang hidup berkecukupan sehingga mereka dapat mencapai cita-cita yang diharapkan. Sementara stambul justru tumbuh menjadi anak yang liar karena pegaulannya dengan para penjahat. Usia sMarkeso dan raminten semakin bertambah, namun kesehatan markeso memburuk dan kemudian meninggal.
Sejak itu stambul semakin tidak dapat dikendalikan. Berlaku kasar dan tidak sopan pada ibunya sendiri,  bahkan meminta ibunya sendiri agar menjadi gundik Babah Wong yang ternyata seorang laki-laki tua impoten. Tubuh Raminten digigitinya dengan beringas. Raminten pun berhasil kabur. Stambul yang melihat ibunya kesakitan pun menjadi kasihan dan marah pada babah Wong sampai membununhya. Raminten dibawanya ke rumah Insinyur Ibnu Zaiki, tapi petugas menangkap mereka. Sebelum Raminten meninggalkan rumah insinyur, ia sempat bertatapan mata dengan istri tuan rumah. Keduanya merasakan ada getaran lain dalam hatinya. Raminten dan Stambul pun disidang. Dalam memberikan keterangan, Raminten menyebutkan kedua belas anaknya beserta orang tua angkat masing-masing. Mereka semua pun dipertemukan oleh hakim dan berkumpul, berangkulan penuh haru hingga detak jantung Raminten semakin lemah kemudian terjatuh, tak ingat apa-apa lagi di depan anak-anaknya. Namun Stambul tetap mendapat hukuman lima tahun penjara.
6.Unsur intrinsik Novel
a.   Tema
Tema yang dalam sinopsis novel “Ibu Kita Ramintenadalah kasih sayang sepanjang masa yang tulus dan pengorbanan kepada anak-anaknya.
b.   Latar
Latar tempat dan waktu dalam sinopsis novel “Ibu Kita Raminten” antara lain:
1)  Makam (kuburan), pada siang atau malam hari.
Ditunjukkan pada kalimat “Markeso pun berusaha dengan berbagai cara, termasuk berziarah ke makam keramat atau bertapa di tempat tertentu semata-mata agar istrinya segera hamil dan malahirkan.”
2)  Kota (di daerah tempat tinggal kumuh), pada waktu kesehariannnya.
Ditunjukkan pada kalimat “Kehidupan pengamen Markeso dan istrinya, Raminten, yang pas-pasan dan tidak pernah berlebih, (...)” dan “Tabiatnya liar. Pergaulannya dengan para penjahat, telah ikut pula memengaruhi sikap dan kebiasaannya.”
3)  Di rumah, pada malam hari
Ditunjukkan pada kalimat “Suatu malam, Stambul menemukan ibunya sedang termenung sendiri.”
4)  Di rumah Babah Wong, pada malam hari
Ditunjukkan pada kalimat “Sementara itu, di rumah Babah Wong, Stambul sedang bertengkar mulut.” dan pada kalimat “Malam itu, setelah Raminten mandi, (...)”. 
5)  Di rumah Insinyur Ibnu Zaiki, pada malam hari
Ditunjukkan pada kalimat “Stambul membawa ibunya yang kepayahan ke rumah Insinyur Ibnu Zaiki.” (peristiwa ini terjadi setelah Raminten dan stambul dari rumah Babah Wong)
6)  Di meja hijau, pada malam hari (peristiwa ini terjadi setelah Stambul dan Raminten dari rumah Insinyur Ibnu Zaiki)
Ditunjukkan pada kalimat “Hakim Ningrum yang menangani kasus pembunuhan Babah Wong alias Prihatmo, segera meminta agar semua orang tua angkat dan anak-anak Raminten agar dihadirkan dalam persidangan.”
c.    Tokoh
Tokoh dalam sinopsis novel “Ibu Kita Raminten” antara lain:
1)  Markeso
Seorang suami dan ayah yang baik, sabar, penyayang, dan pantang menyerah.
2)  Raminten
Seorang istri dan Ibu yang baik, sabar, penyayang, ikhlas, pemaaf, perasa, dan setia.
3)  Stambul
Seorang anak yang jahat, pemarah, tidak sabar, dan durhaka pada orang tua pada awalnya. Namun setelah melihat ibunya disakiti, ia pun memebela dan melindungi ibunya, juga tanggung jawab terhadap kesalahannya karena telah membunuh Babah Wong dengan mau di penjara.
4)  Babah Wong alias Prihatmo
Tidak berperikemanusiaan (jahat, karena menggigit tubuh Raminten dan ternyata ia seorang laki-laki impoten)
5)  Dua belas anak Raminten:
Perasa (karena peka dengan ikatan batin ketika bertemu dengan ibunya), baik (karena menerima kondisi ibunya dengan tulus serta menyayanginya)
6)  Hakim Ningrum
Adil
d.   Alur
Alur dalam sinopsis sinopsis novel Ibu Kita Raminten termasuk alur maju
e.   Amanat
Amanat yang terkandung dalam sinopsis novel “Ibu Kita Raminten” antara lain:
1)  Cinta kasih seorang ibu kepada anaknya, tidak akan pernah habis sampai akhir hayatnya. Maka, jangan pernah meragukan kasih sayang seorang ibu, karena kasih sayang seorang kepada anaknya itu tulus dan tidak pernah mengharap balasan dari anak kecuali melihat anaknya bahagia dan hidup lebih baik dari orang tuanya.
2)  Senakal apapun sorang anak (seperti Stambul dalam kisah ini), orang tua (khususnya ibu) meskipun perasaannya sensitif namun seorang ibu tetap memaafkan kesalahan anaknya. Maka, janganlah kita membuat orang tua marah atau melukai hatinya.
3)  Ikatan batin antara ibu dan anaknya sangat kuat, sehingga tidak bisa di bantah dengan apapun.
4)  Pengorbanan orang tua agar anak-anaknya bahagia dan sukses di kemudian hari, meski orang tua harus rela berpisah dengan anaknya. Maka, jagalah hubungan antara orang tua dan anak sebaik mungkin dan jangan sampai terputus agar tidak menjadi anak yang durhaka.
5)  Jangan membentak, merendahkan, menyia-nyiakan, dan beralaku tidak sopan bahkan kasar pada orang tua.
f.     Sudut Pandang
Sudut pandang dalam sinopsis novel “Ibu Kita Raminten” menggunakan sudut orang ketiga serba tahu. Pengarang menceritakan sesuatu dengan baik, yang bersifat fisik maupun non fisik.
g.     Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam sinopsis novel Ibu Kita Raminten adalah bahasa Melayu.




Kesimpulan:
Ibu Kita Raminten, karya Muhammad Ali Maricar merupakan salah satu novel yang mengandung tema kasih ibu sepanjang masa kepada anaknya. Novel ini mengisahkan seorang ibu yang rela melakukan apapun demi kebaikan masa depan anak-anaknya. Sekalipun hal itu menyakitkan baginya karena harus berpisah dengan anak-anaknya. Ia tetap sabar dan tegar menjalani hidup. Meskipun terpisah sekian tahun, ikatan batin antara anak dan ibu sangat kuat. Kebahagiaan anak adalah kebahagiaan pula bagi seorang Ibu. Oleh karena itu, rawat dan sayangilah orang tua kita. Jangan mengecewakan mereka dan apabila kita menjadi seorang yang sukses kelak, itu tak lain karena doa dan didikan dari orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar