ESAI SASTRA
(NOVEL)
1.Judul Novel
“Ibu Kita Raminten”
2.Nama Pengarang dan Biografi
Novel Ibu Kita Raminten merupakan salah satu karya sastra
Muhammad Ali. Nama lengkapnya
Muhammad Ali Maricar, lahir di Surabaya tanggal 23 April 1927 dari keturanan
India. Ia menulis sajak, cerpen, novel dan
sandiwara. Pendidikanya adalah GHAS. Karyanya banyak dimuat dalam majalah-majalah Pujangga
Baru. Sejak berusia 16 tahun sudah serius
menulis puisi, cerpen, naskah drama, esai bahkan novel. Ia mulai terjun dalam bidang sastra pada tahun 1942. Diantara
karyanya, 5 Tragedi (1954), Persetujuan dengan Iblis (1955), Dua Drama (1966),
Buku Harian Seorang Penganggur (1976), Ibu Kita Raminten (1982), Sastra dan
Manusia (1986). Sejumlah cerpennya diterjemahkan dalam bahasa Inggris, pernah
menjadi dosen luar biasa di Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember dan biro
Sastra DKS.
Mendapat Penghargaan Gubernur Jatim tahun 1999. Alamat keluarganya, Perumnas Manukan Surabaya. Sebuah cerita
pendeknya ada dalam antologi Laut Biru
Langit Bitu (1977) susunan Ajib Rosidi dan puisinya dalam antologi 25 Penyair Surabaya (1975). Pernah menjadi ketua Dewan Kesenian
Surabaya (1976), dan sebelumnya menjabat Seksi Sastra Dewan Kesenian Surabaya.
Pernah jadi redaktur Bakat, Mimbar
Pemuda, dan Mingguan Pahlawan.
3.Latar Belakang Penciptaan Novel
Novel Ibu Kita Raminten yang diciptakan oleh Muhammad Ali
Maricar mengungkap kisah kehidupan seorang ibu yang mau melakukan apapun demi
kebaikan masa depan anak-anaknya. Dilihat dari judulnya saja “Ibu Kita
Raminten” sudah tampak bahwa isi dari novel ini mengenai pribadi seorang ibu,
yang bagaimanapun juga tidak dapat menghilangkan naluri keibuannya. Cinta kasih
seorang ibu kepada anaknya yang paling bungsu, dibuktikan dengan pemberian maaf
pada saat Stambul akan menjalani masa hukumannya.
4.Waktu Penciptaan Novel
Novel Ibu Kita Raminten karya Muhammad Ali Maricar
diciptakan berdasarkan kehidupan nyata yang keras dalam masyarakat golongan
bawah (kurang mampu). Novel ini dibuat pada tahun 1982. Kisah yang diangkat
dalam novel ini seolah menggambarkan kemiskinan di Indonesia pada tahun delapan
puluhan sangat memprihatinkan. Untuk mencurahkan realita tersebut, Muhammad Ali
mencurahkannya dalam bentuk novel, yang bisa dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat,
agar mengetahui kondisi yang ada dan lebih memperhatikan rakyat miskin (kurang
mampu). Untuk bertahan hidup saja sangat sulit.
5.Sinopsis dari Novel Ibu Kita Raminten
Raminten hidup bersama suaminya, Markeso yang hanya
menjadi pengamen. Kehidupan mereka pas-pasan dan tidak pernah berlebih, memaksa
menyerahkan kedua belas bayi mereka pada orang-orang ingin mengasuhnya atau
menjadi orang tua angkat. Namun mereka tetap ingin mengasuh anaknya sendiri
dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka berusaha untuk mempunyai anak lagi.
Setelah lahir, anak tersebut diberi nama Stambul. Kedua belas kakaknya tumbuh
dalam didikan dan asuhan orang tua angkatnya masing-masing yang hidup berkecukupan
sehingga mereka dapat mencapai cita-cita yang diharapkan. Sementara stambul
justru tumbuh menjadi anak yang liar karena pegaulannya dengan para penjahat.
Usia sMarkeso dan raminten semakin bertambah, namun kesehatan markeso memburuk
dan kemudian meninggal.
Sejak itu stambul semakin tidak dapat dikendalikan.
Berlaku kasar dan tidak sopan pada ibunya sendiri, bahkan meminta ibunya sendiri agar menjadi
gundik Babah Wong yang ternyata seorang laki-laki tua impoten. Tubuh Raminten
digigitinya dengan beringas. Raminten pun berhasil kabur. Stambul yang melihat
ibunya kesakitan pun menjadi kasihan dan marah pada babah Wong sampai
membununhya. Raminten dibawanya ke rumah Insinyur Ibnu Zaiki, tapi petugas
menangkap mereka. Sebelum Raminten meninggalkan rumah insinyur, ia sempat
bertatapan mata dengan istri tuan rumah. Keduanya merasakan ada getaran lain
dalam hatinya. Raminten dan Stambul pun disidang. Dalam memberikan keterangan,
Raminten menyebutkan kedua belas anaknya beserta orang tua angkat masing-masing.
Mereka semua pun dipertemukan oleh hakim dan berkumpul, berangkulan penuh haru
hingga detak jantung Raminten semakin lemah kemudian terjatuh, tak ingat
apa-apa lagi di depan anak-anaknya. Namun Stambul tetap mendapat hukuman lima
tahun penjara.
6.Unsur intrinsik Novel
a. Tema
Tema yang
dalam sinopsis novel “Ibu Kita
Raminten” adalah kasih sayang sepanjang masa yang
tulus dan pengorbanan kepada anak-anaknya.
b. Latar
Latar tempat dan waktu dalam sinopsis novel “Ibu Kita
Raminten” antara lain:
1)
Makam (kuburan), pada siang atau malam
hari.
Ditunjukkan pada kalimat “Markeso pun
berusaha dengan berbagai cara, termasuk berziarah ke makam keramat atau bertapa
di tempat tertentu semata-mata agar istrinya segera hamil dan malahirkan.”
2)
Kota (di daerah tempat tinggal kumuh),
pada waktu kesehariannnya.
Ditunjukkan pada kalimat “Kehidupan
pengamen Markeso dan istrinya, Raminten, yang pas-pasan dan tidak pernah
berlebih, (...)” dan “Tabiatnya liar. Pergaulannya dengan para penjahat, telah
ikut pula memengaruhi sikap dan kebiasaannya.”
3)
Di rumah, pada malam hari
Ditunjukkan pada kalimat “Suatu malam,
Stambul menemukan ibunya sedang termenung sendiri.”
4)
Di rumah Babah Wong, pada malam hari
Ditunjukkan pada kalimat “Sementara
itu, di rumah Babah Wong, Stambul sedang bertengkar mulut.” dan pada kalimat
“Malam itu, setelah Raminten mandi, (...)”.
5)
Di rumah Insinyur Ibnu Zaiki, pada
malam hari
Ditunjukkan pada kalimat “Stambul
membawa ibunya yang kepayahan ke rumah Insinyur Ibnu Zaiki.” (peristiwa ini
terjadi setelah Raminten dan stambul dari rumah Babah Wong)
6)
Di meja hijau, pada malam hari
(peristiwa ini terjadi setelah Stambul dan Raminten dari rumah Insinyur Ibnu
Zaiki)
Ditunjukkan pada kalimat “Hakim Ningrum
yang menangani kasus pembunuhan Babah Wong alias Prihatmo, segera meminta agar
semua orang tua angkat dan anak-anak Raminten agar dihadirkan dalam
persidangan.”
c. Tokoh
Tokoh dalam sinopsis novel “Ibu Kita Raminten” antara
lain:
1)
Markeso
Seorang suami dan ayah yang baik,
sabar, penyayang, dan pantang menyerah.
2)
Raminten
Seorang istri dan Ibu yang baik, sabar,
penyayang, ikhlas, pemaaf, perasa, dan setia.
3)
Stambul
Seorang anak yang jahat, pemarah, tidak
sabar, dan durhaka pada orang tua pada awalnya. Namun setelah melihat ibunya
disakiti, ia pun memebela dan melindungi ibunya, juga tanggung jawab terhadap
kesalahannya karena telah membunuh Babah Wong dengan mau di penjara.
4)
Babah Wong alias Prihatmo
Tidak berperikemanusiaan (jahat, karena
menggigit tubuh Raminten dan ternyata ia seorang laki-laki impoten)
5)
Dua belas anak Raminten:
Perasa (karena peka dengan ikatan batin
ketika bertemu dengan ibunya), baik (karena menerima kondisi ibunya dengan
tulus serta menyayanginya)
6)
Hakim Ningrum
Adil
d. Alur
Alur
dalam sinopsis sinopsis novel Ibu Kita Raminten termasuk
alur maju
e. Amanat
Amanat yang terkandung dalam sinopsis novel “Ibu Kita
Raminten” antara lain:
1)
Cinta kasih seorang ibu kepada anaknya,
tidak akan pernah habis sampai akhir hayatnya. Maka, jangan pernah meragukan
kasih sayang seorang ibu, karena kasih sayang seorang kepada anaknya itu tulus
dan tidak pernah mengharap balasan dari anak kecuali melihat anaknya bahagia
dan hidup lebih baik dari orang tuanya.
2)
Senakal apapun sorang anak (seperti
Stambul dalam kisah ini), orang tua (khususnya ibu) meskipun perasaannya
sensitif namun seorang ibu tetap memaafkan kesalahan anaknya. Maka, janganlah
kita membuat orang tua marah atau melukai hatinya.
3)
Ikatan batin antara ibu dan anaknya
sangat kuat, sehingga tidak bisa di bantah dengan apapun.
4)
Pengorbanan orang tua agar anak-anaknya
bahagia dan sukses di kemudian hari, meski orang tua harus rela berpisah dengan
anaknya. Maka, jagalah hubungan antara orang tua dan anak sebaik mungkin dan
jangan sampai terputus agar tidak menjadi anak yang durhaka.
5)
Jangan membentak, merendahkan,
menyia-nyiakan, dan beralaku tidak sopan bahkan kasar pada orang tua.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang
dalam sinopsis novel “Ibu Kita Raminten” menggunakan sudut orang ketiga serba
tahu. Pengarang menceritakan sesuatu dengan baik, yang bersifat fisik maupun
non fisik.
g.
Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam sinopsis novel Ibu Kita
Raminten adalah bahasa Melayu.
Kesimpulan:
Ibu Kita Raminten,
karya Muhammad Ali Maricar merupakan salah satu novel yang mengandung tema
kasih ibu sepanjang masa kepada anaknya. Novel ini mengisahkan seorang ibu yang
rela melakukan apapun demi kebaikan masa depan anak-anaknya. Sekalipun hal itu
menyakitkan baginya karena harus berpisah dengan anak-anaknya. Ia tetap sabar
dan tegar menjalani hidup. Meskipun terpisah sekian tahun, ikatan batin antara
anak dan ibu sangat kuat. Kebahagiaan anak adalah kebahagiaan pula bagi seorang
Ibu. Oleh karena itu, rawat dan sayangilah orang tua kita. Jangan mengecewakan
mereka dan apabila kita menjadi seorang yang sukses kelak, itu tak lain karena
doa dan didikan dari orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar