Label

23 Des 2012

Artikel


SELAPANAN BAYI
DESA WATU PANJANGREJO

Di Desa Watu Panjangrejo Pundong Bantul Yogyakarta, kelahiran seorang anak manusia ke dunia selain merupakan anugerah yang sangat besar, juga mempunyai makna tertentu. Oleh karena itu, pada masa mengandung bayi hingga bayi lahir, masyarakat di Desa Watu mempunyai beberapa uapacara adat untuk menyambut kelahiran bayi tersebut. Upacara-upacara tersebut antara lain adalah mitoni, upacara mendhem ari-ari, brokohan, upacara puputan, dan selapanan.
A.  PELAKSANAAN UPACARA
Berikut adalah rangkaian pelaksanaan upacara selapanan bayi di Desa Watu Panjangrejo:
1. Sebelum kelahiran bayi, pertama kali diadakan mitoni, syukuran (among-among) dengan dihadiri seluruh warga kampung, khususnya bapak-bapak.
2.  Kemudian dibacakan doa untuk keselamatan bayi (janin) yang ada di dalam kandungan.
3.  Diadakan siraman kembang pada ibu yang mengandung termasuk suami dan kedua orang  tua dari suami istri oleh dukun bayi.
4.  Diadakan pemecahan kelapa gading oleh dukun bayi.
5.  Setelah itu istri yang mengenakan jarik akan di masukkan kerangka keris ke dalam jariknya dari atas ke bawah.
6. Setelah sang ibu melahirkan, ari-ari bayi dipendam di sebelah kiri rumah (pada bayi perempuan) dan di sebelah kanan rumah (pada bayi laki-laki).
7. Diadakan syukuran setelah bayi lahir ke dunia dengan selamat dengan mengadakan syukuran (among-among).
8.  Pada acara puputan, setelah lepasnya tali pusar bayi kemudian diberi nama diiringi dengan upacara pembuatan jenang.
9.  Selapanan dilaksanakan 35 hari setelah kelahiran bayi dan pada hari ke 35 ini pula  hari lahir si bayi akan terulang lagi.
10.Pemotongan rambut pertama-tama dilakukan oleh ayah dan ibu bayi, kemudian dilanjutkan oleh sesepuh bayi. Pada bagian ini, aturannya pemotongan rambut bayi dilakukan sebanyak 3 kali sebagai simbolis.
11.Setelah potong rambut, dilakukan pemotongan kuku bayi.
12.Dalam rangkaian ini, dilakukan pembacaan doa-doa untuk keselamatan dan kebaikan bayi dan keluarganya.
13.Upacara pemotongan rambut bayi ini dilakukan setelah waktu shalat Maghrib, dan dihadiri oleh keluarga, kerabat, warga sekitar, serta Uztadz Dasuki.
14.Sore harinya sebelum pemotongan rambut, masyarakat merayakan selapanan biasanya dengan membuat acara syukuran (among-among) yang dibagikan kepada kerabat, anak-anak kecil, dan warga sekitar. Among-among mengandung makna agar si bayi bisa membagi kebahagiaan bagi orang di sekitarnya.
15.Adapun makanan wajib yang ada dalam paket among-among, yaitu nasi putih dan gudangan, yang dibagikan di pincuk dari daun pisang.
16.Menurut Bapak Dasuki, selaku tokoh ustadz yang kerap mendoakan acara selapanan, sayuran yang digunakan untuk membuat gudangan, sebaiknya jumlahnya ganjil, karena dalam menurut keyakinan, angka ganjil merupakan angka keberuntungan.
17.Gudangan juga dilengkapi dengan potongan telur rebus atau telur pindang, telur ini melambangkan asal mulanya kehidupan. Selain itu juga beberapa sayuran dianggap mengandung suatu makna tertentu, seperti kacang panjang, agar bayi panjang umur, serta bayem, supaya bayi hidupanya bisa tenteram.
B.  ASAL USUL
Selapanan ini berasal dari sebuah tradisi dari cikal bakal Desa Watu Panjangrejo yang turun-temurun.
C.  TUJUAN
1.  Melestarikan budaya desa dari generasi tua ke generasi muda.
2.  Sebagai ucapan rasa syukui generasi tua ke generasi muda.
3. Sebagai ucapan rasa syukur terhadap Allah swt yang telah memberikan anugerah dan nikmat-Nya.
4.  Memohon keselamatan dan keberkahan bagi bayi yang baru lahir ke dunia.
D.  MANFAAT
1. Mejalin tali silaturrohmi kepada seluruh warga masyarakat dengan adanya acara selapanan ini.
2. Lebih mendekatkan diri kepada Allah swt dengan penuh rasa syukur atas nikmat dan anugerah yang telah diberikan.
E.  KOMENTAR
Selapanan merupakan suatu cara untuk mewujudkan rasa syukur kepada Allah swt serta alat untuk menciptakan rasa solidaritas, keakraban, dan kerukunan di Desa Watu Panjangrejo. Sehingga tradisi ini harus tetap dilestarikan karena merupakan tradisi yang sangat positif dalam kehidupan sosial.
F.NILAI-NILAI KEISLAMAN
Nilai keislaman yang ada dalam upacara pelaksanaan selapanan bayi di desa Watu Panjangrejo ini adalah nilai keagamaan yang kuat dengan dilaksanakannya berbagai doa-doa yang dilantunkan/diucapkan oleh uztadz dengan diikuti oleh keluarga serta seluruh masryarakat yang hadir.

TOKOH NARASUMBER:
1.      Bapak Samiranta, selaku Kepala Desa Watu Panjangrejo.
2.      Ibu Ngajilah, selaku Ketua PKK di Desa Watu Panjangrejo.
3.      Bapak Dasuki, selaku Tokoh Agama di Desa Watu Panjangrejo.

(Anjar Wijayanti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar