Label

20 Des 2012

Artikel


AISYAH BINTI ABU BAKAR BELAHAN JIWA RASULULLAH

Aisyah binti Abu Bakar, seorang wanita yg cantik dan berkulit putih sehingga mendapat sebutan al-Humaira’. Ibunya bernama Ummu Ruman binti Amir. Dia lahir ketika cahaya Islam telah memancar sekitar delapan tahun sebelum hijrah. Masa kanak-kanaknya dihabiskan dlm asuhan sang ayah, kekasih Rasulullah  seorang sahabat yg mulia Abu Bakr Ash-Shiddiq. Usia menginjak enam tahun saat Rasulullah melaksanakan akad pernikahan dengannya. Wanita mulia yg diperlihatkan oleh Allah kepada Rasulullah dlm wahyu berupa mimpi utk memberitakan bahwa dia kelak akan menjadi istri beliau. Dilalui hari-hari setelah itu di tengah keluarga hingga tiba saat Rasulullah menjemput. Tiga tahun kemudian seusai beliau kembali dari pertempuran Badar – utk memasuki rumah tangga yg dipenuhi cahaya nubuwwah di Madinah. Tidak satu pun di antara istri-istri beliau yg dinikahi dlm keadaan masih gadis kecuali ‘Aisyah.
Seorang wanita yg mulia sabar bersama Rasulullah di tengah kefakiran dan rasa lapar hingga terkadang hari-hari yg panjang berlalu tanpa nyala api utk memasak makanan apa pun. Yang ada hanyalah kurma dan air. Seorang istri yg menyenangkan suami yg mulia menggiring kegembiraan ke dlm hati menghilangkan segala kepayahan dlm menjalani kehidupan dakwah utk menyeru manusia kepada Allah. Kecintaan yg tdk tersamarkan tatkala Rasulullah menyatakan hal itu dari lisan yg mulia hingga para sahabat pun berusaha mendapatkan ridha Rasulullah dlm hal ini. Siapa pun yg ingin memberikan hadiah kepada beliau biasa menangguhkan hingga tiba saat Rasulullah berada di tempat ‘Aisyah. Di sisi lain ada istri-istri Rasulullah wanita-wanita mulia yg tdk lepas dari tabiat mereka sebagai wanita. tdk urung kecemburuan pun merebak di kalangan mereka sehingga mereka mengutus Ummu Salamah utk menyampaikan kepada Rasulullah agar mengatakan kepada manusia siapa pun yg ingin memberikan hadiah hendak memberikan di mana pun beliau berada saat itu.
Ummu Salamah mengungkapkan hal itu saat beliau berada di sisi namun beliau tdk menjawab sepatah kata pun. Diulangi permintaan itu tiap kali Rasulullah datang dan beliau pun tetap tdk memberikan jawaban. Pada kali yg ketiga Ummu Salamah mengatakan beliau menjawab “Janganlah engkau menggangguku dlm permasalahan ‘Aisyah krn sesungguhnya Allah tdk pernah menurunkan wahyu dlm keadaan diriku di dlm selimut salah seorang pun dari kalian kecuali ‘Aisyah.” Kemuliaan demi kemuliaan diraih dari sisi Allah. Dari banyak peristiwa yg dialami Allah menurunkan ayat-ayat-Nya. Suatu ketika ‘Aisyah turut dlm perjalanan Rasulullah. Rombongan itu pun singgah di suatu tempat. Tiba-tiba ‘Aisyah merasa kalung hilang sementara kalung itu dipinjam dari Asma’ kakaknya.
Rasulullah pun memerintahkan para sahabat yg turut dlm rombongan itu utk mencarinya. Terus berlangsung pencarian itu hingga masuk waktu shalat. Akan tetapi ternyata tdk ada air di tempat itu sehingga para sahabat pun shalat tanpa wudhu’. Tatkala bertemu dgn Rasulullah mereka mengeluhkan hal ini kepada beliau. Saat itulah Allah menurunkan ayat-Nya tentang tayammum. Melihat kejadian ini Usaid bin Hudhair  mengatakan kepada ‘Aisyah “Semoga Allah memberikan balasan kepadamu berupa kebaikan. Demi Allah tdk pernah sama sekali terjadi sesuatu padamu kecuali Allah jadikan jalan keluar bagimu dari permasalahan itu dan Allah jadikan barakah di dlm bagi seluruh kaum muslimin.” Allah menyatakan kesucian dirinya. Di tengah perjalanan ketika rombongan tengah beristirahat ‘Aisyah pergi utk menunaikan hajatnya. Namun ia kehilangan kalung sehingga kembali lagi utk mencarinya. Berangkatlah rombongan dan ‘Aisyah tertinggal tanpa disadari oleh seorang pun. ‘Aisyah menunggu di tempat semula dgn harapan rombongan itu kembali hingga ia tertidur. Saat itu muncullah Shafwan ibnul Mu’atthal yg tertinggal dari rombongan Rasulullah. Melihat ‘Aisyah dia pun beristirja’ dan ‘Aisyah terbangun mendengar ucapannya. Tanpa mengatakan sesuatu pun dia persilakan ‘Aisyah utk naik kendaraan dan dituntun hingga bertemu dgn rombongan.
Kaum munafikin yg ditokohi oleh ‘Abdullah bin Ubay bin Salul menghembuskan berita bohong tentang ‘Aisyah. Berita itu terus beredar dan mengguncangkan kaum muslimin termasuk Rasulullah sedang ‘Aisyah sendiri tdk mendengar krn dia langsung jatuh sakit selama sebulan setelah kepulangan itu. Ia merasa heran krn tdk menemukan sentuhan kelembutan Rasulullah selama sakit sebagaimana biasa bila dia sakit. Akhirnya berita bohong itu sampai kepada ‘Aisyah melalui Ummu Misthah. ‘Aisyah pun menangis sejadi-jadi dan meminta izin kepada Rasulullah utk tinggal sementara waktu dgn orang tuanya. Beliau pun mengizinkan. Sementara itu wahyu yg memutuskan perkara ini belum juga turun sehingga Rasulullah meminta pendapat ‘Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid dlm urusan ini. Beliau pun menemui ‘Aisyah mengharap kejelasan dari peristiwa ini. Di puncak kegalauan itu dari atas langit Allah menurunkan ayat-ayat yg membebaskan ‘Aisyah dari segala tuduhan yg disebarkan oleh orang2 munafik. ‘Aisyah wanita mulia yg mendapatkan pembebasan Allah dari atas langit.
Dia melukiskan keadaan pada waktu itu “Demi Allah saat itu aku tahu bahwa diriku terbebas dari segala tuduhan itu dan Allah akan membebaskan aku darinya. Namun demi Allah aku tdk pernah menyangka Allah akan menurunkan wahyu yg dibaca dlm permasalahanku dan aku merasa terlalu rendah utk dibicarakan Allah di dlm ayat yg dibaca. Aku hanya berharap Rasulullah akan melihat mimpi yg dengan Allah membebaskan diriku dari tuduhan itu.” Ayat-ayat itu terus terbaca oleh seluruh kaum muslimin hingga hari kiamat di dlm Surat an-Nuur ayat 11 beserta sembilan ayat berikutnya. Wanita mulia ini menjalani hari-hari bersama Rasulullah hingga tiba saat beliau kembali ke hadapan Allah. Delapan belas tahun usia saat Rasulullah wafat di atas pangkuan setelah hari-hari terakhir selama sakit beliau memilih utk dirawat di tempatnya. Beliau pun dikuburkan di kamar ‘Aisyah. Sepeninggal beliau ‘Aisyah menyebarkan ilmu yg dia dapatkan dlm rumah tangga nubuwah. Riwayat banyak diambil oleh para sahabat yg lain dan tercatat dlm kitab-kitab. Dia menjadi seorang pengajar bagi seluruh kaum muslimin. Keutamaan dari sisi Allah banyak dimiliki hingga Rasulullah menyatakan “Keutamaan ‘Aisyah atas seluruh wanita bagaikan keutamaan tsarid2 atas seluruh makanan.” Bahkan Jibril menyampaikan salam melalui Rasulullah . Tiba waktu ‘Aisyah kembali kepada Rabb-Nya. Wanita mulia ini wafat pada tahun 57 Hijriah dan dikuburkan di pekuburan Baqi’.

(Anjar Wijayanti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar